15 Desember 2007

Asiknya di Tempat Baru

"MENGENAL tempat kerja yang baru apalagi setelah empat tahuntidak dipindah membuat saya memang harus bekerja keras untuk menyesuaikan di Kota Banjarmasin, tempatku sekarang. Kondisi maupun sistem kerja berbeda 180 derajat.

Kaidah-kaidah ataupun prinsip yang selama hampir empat tahun akan kedepankan tidak mudah dijalankan di kota ini. Jika selamahampir 4 tahun ini aku berusaha membobol berita dari media lain, namun jangan harap di Banjarmasin bisa.

Ganjalan inilah yang terkadang membuat pusing bagaimana bisa membobol. Persoalannya narasumber dengan sukarela menghubungi seluruh media. Tidak ada cara lain, aku harus memberikan suasana yang berbeda dibandingkan dengan media lain.

Namun itupun tidak gampang. Keleluasaan aparat kepolisian di Kabupaten Banjar tidak sesusah di Banjarmasin. Keterangan hanya bisa diperoleh dari satu narasumber maupun tersangka di ruangan narasumber.

Menjadi sulit ketika kita akan mengorek keterangan yang lainnya, yang tentunya lebih sangat menarik perhatian pembaca. Repotnya akses inilah yang sampai sekarang belum bisa diperoleh aku di sini.

Sebenarnya banyak cara untuk mendapatkan akses seperti ini. Namun, itupun membutuhkan waktu yang panjang dan penyesuaian yang tidak cepat. Hanya wartawan yang mempunyai jalur tertentulah yang bisa masuk.

Namun dibalik itu semua, kembali, sebagai jurnalis ini adalah sebuah tantangan. Jangan pernah menyerah. Saat ada kesempatan, diambil. Penuhi dengan beragam informasi, niscaya berita akan lebih legkap dan menarik perhatian.Namun dibalik itu semua, kembali, sebagai jurnalis ini adalah sebuah tantangan. Jangan pernah menyerah. Saat ada kesempatan, diambil. Penuhi dengan beragam informasi, niscaya berita akan lebih lengkap dan menarik perhatian.

Memang saat kita ditempatkan perusahaan di suatu kota, tercipta sebuah ikatan emosi di kota itu. Tanpa disadari, bagi seorang jurnalis, keberadaan yang lama di suatu kota memang membelenggu.

Sederhananya saat kita biasa makan nasi namun saat nasi dari beras habis maka makanan diganti sagu, tentunya kita terbelenggu. Coba kalau kita telah mencicipi pernah tinggal di wilayah tertentu, tentunya sudah bisa mengikuti. Banjarmasin, 16 Desember 2007

baca selanjutnya..